Header Ads

MAJALAH REMAJA ISLAM DRISE EDISI -2 : The Rise

Hip hip hura…suit suiw…hore…hore…plok plok plok… Cocok banget kalo D'RISE nobatkan Ingga sebagai Teenager of The Year, dalam mengawali tahun baru ini. Lha, emangnya Ingga siapa? Kenapa juga kok doi yang D'RISE nobatkan sebagai Teenager of The Year? Emangnya Ingga udah ngelakuin apa? Dasarnya apa? Woits, sabar, sabar, cooling down.

Ingga emang cuman anak remaja biasa, sama ajah kaya’ D'RISEr. Doi juga suka baca D'RISE (hehehe…). Doi tinggal di satu sudut kota kecil yang nggak keliatan di peta dunia (ups…). Pretasinya juga biasa-biasa ajah. Terus kenapa dong Ingga jadi Teenager of The Year versi D'RISE? (Beuuu…penasaran).

Alasannya cuman satu, karena Ingga telah bangkit. Cuman itu? Iya. Gitu doang? Ya gitu doang (gedubraks). Doi telah berhasil meraih hidayah Allah dengan tangannya sendiri dan terus berusaha mempertahankannya (hidayah itu diraih lho, bukan ditunggu). Ingga baru aja kelas 10 di salah satu SMA negeri. Dari hasil obrolan D'RISE dengannya terungkap bahwa doi termasuk anak yang begajulan waktu SMP. Seneng pacaran, foya-foya, dan hura-hura bareng temen-temennya. Doi kenyang malang melintang di dunia hitam selama SMP (beuu hiperbolis). Saat doi lulus dan masuk SMA, mulailah doi kenal sama Islam lewat Rohis di sekolahnya. Nggak semua remaja lho yang mau meraih hidayah yang didakwahkan Rohis. Tapi dengan antusias Ingga mau tunduk dan menerima kebenaran Islam, lantas belajar Islam dan turut mendakwahkannya. Keren kan? Padahal kebanyakan remaja seusia doi lagi hot-hotnya pacaran, gaul bebas, maen-maen, dan foya-foya. Dengan kata lain, Ingga telah bangkit. Wuit wuiw…Mantap…Teenager of The Year…Congratulations.


Wajah Buruk Remaja
Seneng banget karena ternyata Ingga nggak sendirian. Di berbagai kota semarak dengan remaja Islam yang juga bangkit. Mereka dengan suka rela meninggalkan kehidupan mereka yang nggak bener dan kembali ke pangkuan Islam. Dengan penuh semangat terus belajar Islam dan mendakwahkannya. Kerena banget.!
Walaupun begitu ternyata rentang perjalanan tahun-tahun yang lalu masih harus dikotori oleh hal-hal yang menyedihkan pada tubuh remaja Islam. Hal-hal negatif semacam seks bebas, aborsi, tawuran, narkoba, dll, masih membelit tubuh remaja Islam sampe ngap-ngapan. Hiks…hiks…

Brrrrrrrr…Remaja sekarang pada lihai bermain cinta. Malah saking lihainya sampe berani menjurus pada hal-hal yang bisa membahayakan diri mereka sendiri. Jaman sekarang belom cinta namanya kalo belom ML (making love alias intercourse alias zina). Survei Kesehatan Remaja Indonesia tahun 2002-2003 yang dilakukan oleh BPS menyebutkan bahwa 57,5% laki-laki lajang usia 20-24 tahun pernah melakukan hubungan seks. Dan sebanyak 43,8% remaja usia 15-19 tahun mengaku pernah berhubungan seks. Sekitar 29,6% remaja usia 15-24 tahun menyatakan bahwa seks pranikah itu boleh, asalkan pasangan yang melakukannya punya rencana untuk menikah. Dan 26,5% bilang seks pranikah itu boleh asalkan saling mencintai (gabrugs, babak belur euy).

Sebuah penelitian tentang perilaku seksual anak SMA di Surakarta pernah dilakukan pada tahun 2005. Penelitian itu dilakukan pada 1250 responden dari 10 SMA di Surakarta, yang terdiri dari 611 siswa laki-laki, dan 639 siswa perempuan. Hasilnya fantastis. Sebanyak 81,34% anak laki-laki pernah menggunakan media pornografi. Sementara 28,32% anak perempuan menjawab pernah menggunakan media pornografi. Lebih dari setengah jumlah anak laki-laki dan perempuan menyatakan sudah berpacaran sejak usia 15 tahun sampai 17 tahun. Urusan pacaran emang udah bener-bener akut. Kaya’nya anak muda nggak bisa napas kalo nggak pacaran. Haduh…!

Dari 462 anak laki-laki yang berpacaran ditemukan 30,09% telah melakukan hubungan intim dengan pacarnya. Sementara itu dari 469 anak perempuan yang pacaran ditemukan 5,33% pernah melakukan hal yang sama. Tuh kan, pacaran adalah jalan yang paling lempeng menuju perzinaan, makanya jangan pacaran deh.
Sekarang gimana kalo pertanyaannya apakah setelah mereka melakukan semua itu merasakan kepuasan? Sebanyak 43,88% anak laki-laki menjawab puas. Sedangkan hanya 12% anak perempuan yang jawab puas. Walah.
Ternyata yang lurus-lurus juga masih ada lho. Sebanyak 34,52% responden laki-laki menjawab merasa berdosa setelah melakukan seks pranikah. Dan 42,12% anak perempuan menyatakan hal yang sama. Masih waras. Kalo ngelakuin dosa tapi enjooooy aajjaaaaa, tandanya udah gila.

Penelitian yang dilakukan Annisa Foundation selama 6 bulan, mulai Juli hingga Desember 2006 yang lalu, cukup mengejutkan. Penelitian ini dilakukan pada SMP dan SMA baik negeri maupun swasta di wilayah di Cianjur dan Cipanas. Ternyata sebanyak 42,3% pelajar di Cianjur sudah kehilangan keperawanannya saat masih duduk di bangku sekolah. Sebanyak 60% dari jumlah itu telah melakukan hubungan seks berpasangan. Dari jumlah itu sebanyak 12% menggunakan metode coitus interuptus, selebihnya menggunakan alat kontrasepsi yang dijual bebas di pasaran. Hanya 9% yang mengaku aktivitas seksual mereka karena dasar ekonomi, selebihnya mengaku melakukan itu karena tuntutan pergaulan dan suka sama suka (OMG). Sebenernya mereka bukannya nggak ngerti apa yang mereka lakuin itu salah, karena sebanyak 90% mengaku merasa berdosa setelah melakukan seks pranikah dan menyarankan perbuatan itu harus dihindari.

Di Jakarta, ibukota negara kita, ternyata lebih mantap lagi. Ternyata 5 dari 100 pelajar SMA di Jakarta telah melakukan hubungan seks pranikah. Hal itu terungkap dari hasil penelitian dr. Rita Damayanti yang disusun untuk meraih gelar Doktor pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Beliau meneliti 8941 pelajar dari 119 SMA dan yang sederajat di Jakarta. Terungkaplah bagaimana canggihnya gaya pacaran anak-anak Jakarta. Mereka berciuman, berpelukan, sampe puncaknya berhubungan intim. Lebih parah lagi, Republika terbitan 1 Maret 2007 menulis, hampir 50% remaja perempuan Indonesia melakukan hubungan seks pranikah. Yang lebih parah lagi, hasil survei Persatuan Keluarga Berencana Indonesia mengungkapkan bahwa remaja usia 13-15 tahun mengaku telah melakukan hubungan intim dengan pacar mereka, dan hubungan intim itu dilakukan di rumah sendiri. Oh Em Ji…canggih banget kan!!!

Akibat lanjutan dari seks bebas adalah pembunuhan. Lho kok pembunuhan? Iya, pembunuhan calon manusia alias aborsi, karena seks bebas pasti akan menimbulkan kehamilan tidak diinginkan (KTD). Sebanyak 2,3 juta kasus aborsi terjadi di Indonesia, dan 30% diantaranya dilakukan oleh remaja. Bahkan jumlah ini adalah angka tertinggi di Asia Tenggara. Menurut Forum Komunikasi Penyayang Kehidupan ada sekitar 2 juta janin yang digugurkan baik oleh suami-istri yang tidak menginginkannya, maupun oleh perempuan atau pasangan yang belum menikah. Selain kasus aborsi, kasus pembuangan bayi juga marak terjadi. Di Jakarta aja terjadi 7 kasus pembuangan bayi selama bulan Februari 2009. Pastinya itu yang berhasil diketahui, yang nggak diketahui lebih bejibun lagi.

Haduh, kalo mau dirunut seisi D'RISE nggak bakalan muat untuk nulisin semua catatan menyedihkan dari dunia remaja. Nggak sedikit juga temen-temen kita yang telah gugur untuk membela harga diri dan kehormatan di dalam tawuran (beuu hiperbolis lagi), dan berapa banyak lagi yang hilang nyawanya dicabut narkoba.

Bangkitlah Generasi Islam
Bener-bener kisah sedih yang amat panjang. Tahun-tahun yang telah lalu bertabur dengan kekecewaan. Sebenernya kenapa ya kok keadaan remaja bisa jadi separah itu? Ada banyak faktor, bisa jadi karena broken home trus nggak dapet perhatian dari ortunya eh malah dapet perhatian dari pacarnya, trus rela menyerahkan ‘apapun’ demi sang pacar. Bisa jadi karena lingkungan yang nggak bener, diajakin sama temen gitu. Bisa jadi karena bertaburannya pornografi dan pornoaksi, jaman sekarang kan kaum wanita pake baju asal-asalan, kaum prianya mata keranjang dan otaknya mesum. Banyak faktor deh!

Kalo kita ulik-ulik lebih dalam lagi, faktor-faktor tadi adalah juga akibat yang timbul belakangan dari sebuah sebab yang paling utama. Nah, sebab utamanya adalah karena telah merajalelanya paham Liberalisme (serba bebas), dan paham Hedonisme (mau enaknya doang) di tengah-tengah kehidupan kita, termasuk remaja Islam. Dan kedua paham tadi bersumber dari ideologi Kapitalisme-Sekular. Puncak dari semua kerusakan itu adalah dengan diterapkannya ideologi sesat ini oleh negara. Semua itulah yang telah melahirkan moral yang rendah, rusak, dan bobrok pada diri remaja. Secara sadar maupun nggak sadar remaja Islam telah menjadi pengamal aktif dari paham-paham kufur tadi, sehingga mereka enjoy ajah dengan pergaulan bebas dan narkoba. Karena perilaku berisiko itu kemudian merebaklah KTD, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS, dan seluruh bencana kemanusiaan lainnya.
Jreng jreng jreng…Udah saatnya generasi Islam bangkit.

The Rise
Yoyoyoiiyyy…D'RISE mau ngasih salut dan congrats lagi nih sama Ingga, karena doi udah berhasil bangkit. Sebuah kebangkitan yang hakiki. Kaya gimana sih kebangkitan yang hakiki ituh? Bangkit adalah berubah. Kaya’ Ksatria Wajan Hitam ato Panci Manusia Aluminium? Bukaaaan!! Trus berubah kaya gimana dwoong? Secara panjang lebar Ustadz MR. Kurnia dari DPP Hizbut Tahrir Indonesia menjelaskan tentang kebangkitan dengan mengutip surat Ar-Ra’du ayat 11.
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sebelum kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.”
Untuk menggapai sebuah kebangkitan yang hakiki maka harus ada perubahan yang hakiki pada diri kita. Apaan sih yang harus diubah?
“Yang harus pertama kali diubah adalah mafahim (pemahaman) kita,” terang Pak Kurnia.
Kenapa harus mafahim yang diubah? Iya, karena mafahim itulah yang menentukan cara berpikir dan cara bertindak manusia. Bangkit atau terpuruknya manusia itu dilihat dari cara berpikir dan cara bertindaknya dalam menyikapi segala hal.
Kalo kita menjadikan Islam sebagai mafahim kita, maka cara berpikir dan cara bertindak kita pun akan islami. Tadinya cara berpikir dan cara bertindaknya Ingga nggak bener, tapi kemudian Ingga berubah dengan menjadikan Islam sebagai mafahim-nya yang kemudian mengubah cara berpikir dan cara bertindaknya. Ingga telah meraih kebangkitan yang hakiki. Salutlah!! Dan D'RISE ada untuk mengajak kawan-kawan bergerak menuju kebangkitan yang hakiki dengan menjadikan Islam sebagai mafahim kita serta mengubah cara berpikir dan cara bertindak kita terhadap kehidupan. Lalu sama-sama belajar Islam dan mendakwahkannya. Dengan kebangkitan yang hakiki itulah kita akan menyongsong tahun-tahun yang cerah dan ceria. Tetep semangat!!!

Box Buka Mata

The Rise of Teenager

Di setiap peradaban, kaum remajalah yang selalu menggulirkan perubahan dan kebangkitan. Soekarno pernah bilang kalau dia diberikan beberapa orang remaja saja dia akan bisa melakukan hal-hal menakjubkan. Hitler yang kejam itu pun menyadari peran penting remaja sehingga dia membentuk Hitler Youth.
Gitu juga dalam Islam. Orang-orang yang pertama kali menyambut seruan Rasulullah adalah para remaja. Tercatat dalam sejarah para sahabat muda seperti Zubayr bin Awwam, Mush’ab bin Umayr, Sa’ad bin Abi Waqqash, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, Zaid bin Tsabit, dan banyak lagi. Mereka semua bergerak membangkitkan masyarakat Arab jahiliyah dengan ideologi Islam.
Jaman sekarang kitalah yang akan mengikuti jejak mereka menjadi penggerak perubahan dan kebangkitan dengan syariat Islam. Tapi semua itu nggak bakal bisa kita lakukan kalo kita sendiri nggak ngerti Islam. Di sinilah pentingnya mempelajari Islam alias ngaji. Belajarnya pun nggak asal-asalan belajar, tapi harus menuruti tata kramanya. Gimana tuh?  Seorang ulama brillian abad ini, Syekh Taqiyuddin an-Nabhani menjelaskan dalam kitabnya yang berjudul Syakhshiyah Islamiyah dalam bab Metode Pembelajar Islam. Yaitu: 1. Dipahami dengan mendalam. Maksudnya harus bener2 ngerti; 2. Setelah dipahami dengan mendalam harus diyakini; 3. Harus bersifat praktis, untuk diamalkan, bukan sekedar buat kepuasan intelektual ajah. Gitu!

Yosh…pada ngaji deh!!!

No comments

Powered by Blogger.